1.
Pengertian HIV/ AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah Virus yang menyerang sistim kekebalan tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya AIDS.
Virus HIV ditemukan
dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air
susu ibu.
HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan
tubuh manusia, terutama CD4 positive T-sel dan macrophages (komponen-komponen
utama sistem kekebalan sel) dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya.
Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang
terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan
sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan
sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai
CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau
limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar
antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu
(misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD 4 semakin lama akan semakin
menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).
Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk
melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang
beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita
tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik
untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di
sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan
penyakit pada tubuh manusia.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak
dapat lagi menjalankan fungsinya dalam memerangi infeksi dan penyakit-
penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi
lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang
menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit
yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi
oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan
tubuh yang melemah.
AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV merupakan virus
yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun),
sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan
dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif
mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif
mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun,
HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya,
virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya
karena rusaknya sistem imun tubuh.
AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh, sehingga
tubuh rentan terhadap penyakit lain yang mematikan. AIDS disebabkan oleh Virus (Jasad Sub Renik) yang
disebut dengan HIV. sedangkan HIV (Human Immunodeficiency Virus) itu sendiri
adalah Virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya AIDS.
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling
lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan,
akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi
berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:
·
Tahap
I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai
AIDS.
·
Tahap
II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran
pernafasan bagian atas yang tidak sembuh- sembuh)
·
Tahap
III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih
dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau
·
Tahap
IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan
(oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru (bronchi)
atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). Penyakit HIV digunakan sebagai indikator
AIDS.
2. HIV Melemahkan Sistem Kekebalan Manusia
Sasaran penyerangan
HIV adalah Sistem Kekebalan Tubuh, terutama adalah sel-sel Limfosit T4. Selama
terinfeksi, limfosit menjadi wahana pengembangbiakan virus. Bila sel-sel
Limfosit T4 -nya mati, virus akan dengan bebas menyerang sel-sel Limfosit T4
lainnya yang masih sehat. Akibatnya, daya tahan tubuh menurun.
Akhirnya sistem
kekebalan tak mampu melindungi tubuh, sehingga kuman penyakit infeksi lain
(kadang disebut Infeksi Oportunistik / Infeksi Mumpung) akan masuk dan
menyerang tubuh orang tersebut. Bahkan kuman-kuman lain yang jinak tiba-tiba
menjadi ganas. Kumannya bisa Virus lain, Bakteri, Mikroba, Jamur, maupun
Mikroorganisme patogen lainnya. Penderita bisa meninggal karena TBC, Diare,
Kanker kulit, Infeksi Jamur, dll.
Bila seseorang
telah seropositif terhadap HIV, maka dalam tubuhnya telah mengandung HIV. Dalam
jumlah besar HIV terdapat dalam darah, cairan vagina, air mani serta produk
darah lainnya. Apabila sedikit darah
atau cairan tubuh lain dari pengidap HIV berpindah
secara langsung ke tubuh orang lain yang sehat, maka ada kemungkinan
orang lain tersebut tertular AIDS. Cara penularan yang paling umum ialah:
senggama, transfusi darah, jarum suntik dan kehamilan. Penularan lewat produk
darah lain, seperti ludah, kotoran, keringat, dll. secara teoritis mungkin bisa
terjadi, namun resikonya sangat kecil.
3.
Penularan HIV
Bila
seseorang telah seropositif terhadap HIV, maka dalam tubuhnya telah mengandung
HIV. Dalam jumlah besar HIV terdapat dalam darah, cairan vagina, air mani serta
produk darah lainnya. Apabila sedikit
darah atau cairan tubuh lain dari pengidap HIV berpindah secara langsung ke
tubuh orang lain yang sehat, maka ada kemungkinan orang lain tersebut tertular
AIDS. Cara penularan yang paling umum ialah: senggama, transfusi darah, jarum
suntik dan kehamilan. Penularan
lewat produk darah lain, seperti ludah, kotoran, keringat, dll. secara teoritis
mungkin bisa terjadi, namun resikonya sangat kecil.
a.
Penularan
lewat senggama :
Pemindahan yang
paling umum dan
paling sering terjadi
ialah melalui senggama,
dimana HIV dipindahkan
melalui cairan sperma
atau cairan vagina. Adanya luka pada pihak penerima akan
memperbesar kemungkinan penularan. Itulah
sebabnya pelaku senggama yang tidak wajar (lewat dubur terutama), yang
cenderung lebih mudah menimbulkan luka, memiliki
kemungkinan lebih besar untuk
tertular HIV.
b.
Penularan
lewat transfusi darah :
Jika
darah yang ditranfusikan
telah terinfeksi oleh
HIV , maka virus HIV akan ditularkan
kepada orang yang
menerima darah, sehingga
orang itupun akan terinfeksi virus HIV. Risiko penularan
melalui transfusi darah ini hampir 100 %.
c.
Penularan
lewat jarum suntik :
Model penularan lain secara teoritis
dapat terjadi antara lain melalui :
1) Penggunaan
akupunktur (tusuk jarum), tatoo, tindikan.
2) Penggunaan alat
suntik atau injeksi yang tidak steril, sering dipakai oleh para pengguna narkoba suntikan, juga suntikan oleh
petugas kesehatan liar.
d.
Penularan
lewat kehamilan :
Jika ibu hamil yang dalam
tubuhnya terinfeksi HIV , maka
HIV dapat menular ke janin yang dikandungnya melalui darah dengan melewati plasenta. Risiko penularan Ibu hamil ke janin yang dikandungnya berkisar
20% - 40%. Risiko ini mungkin lebih besar kalau ibu telah menderita kesakitan AIDS (full blown).
HIV
tidak akan menular melalui bersalaman, berpelukan, berciuman, batuk, bersin,
memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, kamar
tidur, gigtan nyamuk, bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama, dan memakai
fasilitas umum misalnya kolam renang, toilet umum, sauna.
HIV tidak dapat menular melalui udara.
Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh
jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach)
seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV
tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.
4. HIV mengakibatkan AIDS
Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan
melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap
infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem
kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih
banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika manusia terkena Virus HIV belum
tentu terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu
beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Dengan gaya hidup
sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat
berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral
dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral
load) dalam tubuh yang terinfeksi.
Ada beberapa tahapan ketika seseorang
dikatakan terinfeksi HIV hingga terkena AIDS. Tahapan-tahapan itu antara lain:
1. Tahap 1: Periode Jendela
a)
HIV
masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
b)
Tidak
ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c)
Test
HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
d)
Tahap
ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
2. Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala)
rata-rata selama 5-10 tahun:
a)
HIV
berkembang biak dalam tubuh
b)
Tidak
ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c)
Test
HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk
antibody terhadap HIV
d)
Umumnya
tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata
8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3. Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
a)
Sistem
kekebalan tubuh semakin turun
b)
Mulai
muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di
seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
c)
Umumnya
berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4. Tahap 4: AIDS
a)
Kondisi
sistem kekebalan tubuh sangat lemah
b)
Berbagai
penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
5. Cara Melindungi Diri dari Penularan AIDS
Sampai saat ini belum ada jenis obat khusus untuk menyembuhkan orang
yamg terkena infeksi HIV/ AIDS. Hanya saja perkembangan virus ini dapat
diperlambat. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral
dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan
tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS. Pengobatan dan perawatan yang ada
terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan tes
mandiri (VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tindak lanjut,
saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek
nutrisi, pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obatan
antiretroviral.
Dalam suatu sel yang terinfeksi, HIV mereplikasi diri, yang kemudian
dapat menginfeksi sel-sel lain dalam tubuh yang masih sehat. Semakin banyak sel
yang diinfeksi HIV, semakin besar dampak yang ditimbulkannya terhadap kekebalan
tubuh (immunodeficiency). Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan
infeksi HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara
memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh. Obat-obatan antiretroviral
memperlambat replikasi sel-sel, yaitu memperlambat penyebaran virus dalam tubuh
dengan cara mengganggu proses replikasi. Cara yang dilakukan antara lain
sebagai berikut :
a.
Menghambat
Nucleoside Reverse Transcriptase (NRTI)
HIV
memerlukan enzim yang disebut reverse transcriptase untuk mereplikasi diri.
Jenis obat-obatan ini memperlambat kerja reverse transcriptase dengan cara
mencegah proses pengembangbiakkan materi genetik virus tersebut.
b.
Menghambat
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase (NNRTI)
Jenis
obat-obatan ini juga mengacaukan replikasi HIV dengan mengikat enzim reverse
transcriptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar enzim ini tidak bekerja dan
menghentikan produksi partikel virus baru dalam sel-sel yang terinfeksi.
c. Menghambat Protease (PI)
Protease
merupakan enzim pencernaan yang diperlukan dalam replikasi HIV untuk membentuk
partikel-partikel virus baru. Protease memecah belah protein dan enzim dalam
sel-sel yang terinfeksi, yang kemudian dapat menginfeksi sel yang lain.
Penghambat protease mencegah pemecah-belahan protein dan karenanya memperlambat
produksi partikel virus baru.
Setiap
orang, khususnya remaja harus “melindungi diri “ dari AIDS. Karena
kalau seorang remaja tertular HIV, maka keseluruhan cita-cita dan masa depan
remaja tersebut hancur lebur. Secara
mudah, perlindungan dari AIDS dilakukan dengan cara ‘ABC’, ialah:
a. [A] : Abstinence) alias PUASA
Bagi
remaja yang belum menikah. Jauhkan diri dari zina. Onani atau masturbasi,
merangsang diri sendiri sehingga puas (orgasmus) sebenarnya kurang baik. Namun
resikonya paling kecil. Jadi dalam keadaan yang benar-benar tidak kuasa menahan
diri dan tidak mampu berpuasa, onani dapat dijadikan jalan keluar. Asal jangan menjadi
kebiasaan. Jangan terlalu sering.
b. [B] : Be
Faithful alias Setia Pasangan Hidup
Bagi mereka yang sudah menikah. Hanya
bersenggama dengan pasangan setianya. Sebagian besar satu suami dengan satu
istri. Dalam keadaan khusus satu suami dengan 2-4 istri, namun yang penting kesetiaan
dari semua pihak, baik istri maupun suami. Di sinipun, bila suami istri
berpisah dalam waktu lama, onani merupakan jalan keluar sementara yang paling
tidak beresiko.
c. [C]
Condom alias Kondom
Bagi mereka
yang berada dalam keadaan-keadaan khusus, antara lain ialah para suami atau
remaja yang tidak kuat puasa atau setia (atau onani), dan masih terdorong
melakukan zina. Pemakaian kondom akan melindungi mereka dari penularan PHS dan
AIDS, dan melindungi istri atau pacar mereka dari penularan penyakit. Bagi para
pelacur, patut ditumbuhkan motivasi memakaikan kondom pada pasangan kencan
mereka. Dalam keadaan darurat, misalnya pasangan suami-istri di mana salah satu
menderita PHS, juga AIDS, pemakaian kondom amat dianjurkan untuk mencegah pen ularan AIDS lebih lanjut kepada pasangannya.
Yang penting dalam pemakaian kondom ialah (sambil dipraktekkan) melindungi
keseluruhan penis dan dipakai sepanjang proses senggama untuk menghindari
sentuhan antara penis dan vagina.
Selain itu, perlindungan yang
sangat penting ialah:
a) Hindari
transfusi, dengan selalu
berhati-hati. Bila terpaksa ditransfusi, yakinkan bahwa darah
yang ditransfusi adalah
darah yang telah
diperiksa oleh Unit
Kesehatan Transfusi Darah
(UKTD) PMI sebagai darah bebas HIV (juga bebas hepatitis,
malaria dan sifilis).
b) Hindari suntik-menyuntik. Sebagian
besar obat sama atau lebih efektif diminum daripada
disuntikkan. Bila terpaksa disuntik, yakinkah jarum dan tabung
suntiknya baru dan belum dipakai untuk orang lain.
c) Berhati-hatilah
dalam menolong orang luka dan berdarah. Gunakan prosedur P3K yang baku
dan aman.
Bila ada sesuatu tanda atau gejala yang
meragukan, secepatnya periksa ke dokter.